Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau
asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1
s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan
arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka
nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif,
maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X
tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk
memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut.
1. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
2. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
3. >0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
4. >0,5 – 0,75 : Korelasi
kuat
5. >0,75 – 0,99 : Korelasi
sangat kuat
6. 1 : Korelasi sempurna
Signifikansi/ probabilitas/ α memberikan gambaran mengenai
bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Jika kita memilih
signifikansi sebesar 0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset nanti
mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%.
Secara
umum kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01 dan 0,05 serta 0,1.
Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan
oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa
tingkat kepercayaan atau bahasa umumnya keinginan kita untuk memperoleh
kebenaran dalam riset kita adalah sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar
0,05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika angka signifikansi
sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%. Pertimbangan lain
ialah menyangkut jumlah data (sampel) yang akan digunakan dalam riset. Semakin
kecil angka signifikansi, maka ukuran sampel akan semakin besar. Sebaliknya
semakin besar angka signifikansi, maka ukuran sampel akan semakin kecil. Unutuk
memperoleh angka signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sampel yang
besar. Sebaliknya jika ukuran sampel semakin kecil, maka kemungkinan munculnya
kesalahan semakin ada.
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi:
pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi
hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi
kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien
korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut.
1. Jika
angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai
hubungan.
2. Jika angka koefesien korelasi mendekati 1, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat.
3. Jika angka koefesien korelasi mendekati 0, maka
kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah.
4. Jika
angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan
linier sempurna positif.
5. Jika
angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan
linier sempurna negatif.
Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua
variabel tersebut signifikan atau tidak. Interpretasi ketiga melihat arah
korelasi. Dalam korelasi ada dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah.
Pada SPSS ini ditandai dengan pesan two tailed.
Arah korelasi dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien
korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika
variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien
korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah
artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah.
Dalam kasus, misalnya hubungan antara kepuasan kerja dan
komitmen terhadap organisasi sebesar 0,86 dengan angka signifikansi sebesar 0
akan mempunyai makna bahwa hubungan antara
variabel kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi sangat kuat,
signifikan dan searah. Sebaliknya dalam kasus hubungan antara variabel mangkir
kerja dengan produktivitas sebesar -0,86, dengan angka signifikansi sebesar 0,
maka hubungan kedua variabel sangat kuat, signifikan dan tidak searah. Asumsi dasar
korelasi diantaranya seperti tertera di bawah ini.
1. Kedua
variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing
variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada
istilah variabel bebas dan variabel tergantung.
2. Data
untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi
normal artinya data yang distribusinya
simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva
bel.
Teknik
analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi (measure of association) yang
berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat
beberapa teknik analisis korelasi, di antaranya yang paling terkenal dan
digunakan secara luas di seluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson
dan Spearman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar